16 Februari 2009

RENCANA PERUBAHAN KERAJAAN SAUDI


Meski sedikit terlambat, mungkin ada baiknya kita menyimak sejumlah perubahan yang sedang terjadi di Arab Saudi. Sabtu lalu, Raja Abdullah mengumumkan perombakan besar pertama pemerintah sejak ia menjadi raja Agustus 2005. Entahlah, kira-kira bagaimana Saudi ke depannya. Mungkin ada yang bisa membantu membayangkannya.

Raja Abdullah memecat dua tokoh agama yang dinilai berhaluan konservatif, serta menunjuk perempuan sebagai menteri pertama di negara itu. Ia menunjuk empat menteri baru, dan mengganti sejumlah pemimpin penting pengadilan dan merombak Dewan Ulama, sebuah badan ulama pemerintahan yang berinterpretasi banyak mengenai aturan Islam sebagai landasan kehidupan di kerajaan tersebut.

Raja juga menunjuk 79 anggota baru lembaga konsultatif Dewan Syura, sesuai berita harian Al-Hayat. Raja Abdullah mengganti kepala Dewan Pengadilan Tertinggi, Sheikh Salehal-Luhaidan, yang dikatakan aktivis Saudi telah merintangi pembaruan selama bertahun-tahun. Ia juga mengganti kepala polisi agama Muttawa, Sheikh Ibrahimal-Ghaith, yang telah memimpin kampanye agresif di media bagi pelaksanaan keras adat-istiadat Islam, dan menantang tokoh lain yang lebih liberal dalam pemerintah.

Media menyambut dengan antusias perubahan itu. Saudi Gazette menyatakan, perombakan itu merupakan "dorongan bagi pembaruan" dikerajaan Muslim tersebut. Perombakan pemerintah Saudi yang diumumkan kemarin tidak hanya perubahan awalan. Tapi Itu pertanda jelas dari perubahan besar dikerajaan ini, seperti tercatat dalam editorial harian Arab News.

"Pembaruan yang berani," Demikian head line surat kabar Al-Hayat dalam berita utamanya. Konon masyarakat Arab Saudi juga menyambut gembira perombakan luas pemerintah oleh Raja Abdullah sebagai langkan berani ke depan. "Segalanya fantastis. Inilah yang telah kami perjuangkan" kata Ibrahim Mugaiteeb, pemimpin Human Rights First Society yang memperjuangkan HAM di Timur Tengah.

Beberapa pihak telah memprediksikan bahwa perubahan di kerajaan itu akan datang dari gerakan raja pada saatnya yang tepat. Boleh jadi,momentum perubahan kepemimpinan di AS menjadi salah satu momentumnya. Perjuangan menyangkut moralitas publik dan perempuan dalam jabatansenior telah muncul selama beberapa tahun, dan tantangan terhadapIslam konservatif meningkat dalam beberapa bulan terakhir.

Kelompok perempuan menuntut lebih banyak hak dan dipatahkannyarintangan yang membatasi kesempatan karir mereka. Lalu, masyarakatminta film diputar di gedung bioskop, yang telah dilarang selama 30 tahun, dan kelompok HAM menuduh hakim Islam melakukan pengadilan kasar dan tidak konsisten. Pekan lalu, Puteri Amira at-Taweel, isteri hartawan Pangeran Alwaleed bin Talal, menyampaikan keluhan secara terbuka. Meskipun ia dapat mengemudikan mobil di tempat lain di manapun di dunia, ia tidak dapat menyetir mobil di negaranya sendiri, karena hal itu dilarang. Namun simbolisme perubahan raja itu akan memiliki dampak. Yang paling simbolis adalah penunjukan veteran ahli pendidikan Norah al-Fayez sebagai wakil menteri pendidikan untuk perempuan — jabatan palingtinggi yang pernah diberikan kepada perempuan di kerajaan itu. Meski demikian, langkah bagi perempuan tidak akan sejauh yang banyakorang harapkan. Pada Januari, media Saudi melaporkan bahwa paraanggota baru Dewan Syura akan termasuk enam perempuan. Sebelumnya,perempuan tak terwakili di dewan itu pada masa lalu. Namun, ternyatatidak ada satu perempuan pun muncul dalam daftar baru itu. Yang lebih fundamental adalah perubahan pada kepemimpinan agama dinegara itu, yang mendominasi pemikiran dalam pendidikan, pengadilan, dan kehidupan sosial. Penggantian Luhaidan, yang memalukan pemerintah September lalu, ketikaia mengatakan bahwa pemilik saluran televisi satelit yang menyiarkansiaran "tidak bermoral" sebaiknya dibunuh, dipercaya akan membuka lagipintu bagi pembaruan.Hal yang sama mungkin pada Dewan Ulama. Ia telah menunjuk sejumlah anggota baru, dan untuk pertama kali mencakup wakil dari semua empat sekolah hukum agama Sunni. Sebelumnya hanya sekolah Hambali, sekolah ultra-konservatif yang mendominasi versi Islam Saudi, yang mewakili dewan itu.

Tidak ada komentar: